Selasa, 21 Agustus 2012

Sebut saja ini..perubahan zaman yg NOL besar ?

Oke, sekarang kita mau ngebahas sebuah tema
yang lumayan penting. Ini menyangkut hidup
dan matinya kita. Aiiiihh serius nih.,
Yaitu soal
budaya, globalisasi dan seabrek masalah lainnya...
Pernah enggak kamu liat anak-anak perempuan menangis
tersedu-sedu sampai lemes gitu gara gara tidak
bisa melihat artis korea. Pernah kan ? Padahal
yang mereka lewatkan cuman artis cakep yang
lewat itu. Bagi saya dan beberapa anda mungkin
liatnya berlebihan banget tu cewek. Ngapain sampai nangis kayak liat korban Sukhoi ?? Padahal hanya ga bisa liat artisnya lewat.
Gila tingkat
dewa kan ? Atau kamu pernah lihat ada orang yang sangat
gila sama segala yang berbau Korea. Mereka rela
menghabiskan uangnya (uang orang tuanya) buat beli aneka macam produk
budaya negeri itu. Uang sekolah/kuliah amblas, uang saku
juga habis hanya untuk belanja aksesoris itu.
Inilah salah satu bentuk globalisasi.
Kita hidup di
sebuah kampung yang bernama global village.
Kampung yang memisahkan yang kaya dan yang
miskin. Negara maju semakin kaya, negara miskin
semakin miskin. Mereka yang punya teknologi mudah sekali menguasai negara lain.
Melalui internet, you tube dan fasilitas lainnya mereka
menawarkan budaya negaranya ke dunia. Dan
efeknya memang dahsyat, banyak remaja yang
langsung mengikutinya. Sudah banyak pihak yang merasa ngeri dengan fenomena ini. Mereka sedih lihat remaja kita jadi
over agresif sama idolanya. Nangis ga jelas
bahkan sampai bunuh diri hanya karena kecewa sama
idolanya. Sepertinya otaknya sudah sakit semua.
Tidak bisa membedakan mana yang kudu dibela dan mana yang kudu dijauhi. Semua yang nempel di tubuhnya sudah pasti
merk-merk barat semua (dominan). Makannya sudah model
resto cepat saji, gadget yang dipakai juga sama,
pakaiannya juga, bahkan gaya bicaranya juga
dibikin mirip sama. Tidak ada nuansa kritis saat
menilai fenomena ini. Dapat dipastikan pula, mereka bakalan lebih nyol*t kalau kesukaannya ini
dikritik atau mungkin bahasa alusnya dinasihatin.
Telinganya udah kayak ada passwordnya. Gak
bakalan mau denger apa-apa kalau kesukaannya
diganggu..
Ayolah guys, kita ni pemuda dan pemudi beragama.
Abege yang berbudaya. Tunjukin dong kalo
kita ini bermutu. Punya kehormatan dan juga
harga diri. Jangan mau dijarah budayanya. Malah
lebih barat dari orang barat sendiri. Nyesek
lihatnya. Abg yang lebih suka dandan alay daripada dandan bersih dan rapih (duh jd malu sendiri). Akhlaknya
nyaris hancur, hidupnya hampir tak tentu arah.
Ayo dong
berubah jadi remaja yang cool sama budaya Timur !!
Keren
dengan akhlak baiknya. Tidak mudah jatuh dan
tidak mudah ikut-ikutan hanya karena ingin diterima
oleh pergaulan yang semakin tak membudaya. Catet ya !!!
 
 Januari, 2012

Read More......

Senin, 13 Agustus 2012

Tempat ini sebenarnya tempat apa ???


Tempat ini sebenarnya tempat apa ?
Orang British menamai tempat ini dengan kata "world". Dan orang pribumi menamai tempat ini dengan kata "dunia", menurut para astrolog, tempat ini bernama "bumi", yes i mean "earth". Dan menurutku tempat ini harusnya diberi nama "pabrik manusia".
Apa reaksimu ketika aku menamai tempat ini "pabrik manusia"? ingin membantah? silakan bantah. ingin protes, proteslah.
Aku hanya lelah dengan semua yang terjadi saat ini. pikirkan betapa Rasul kita sudah "membentuk" sebuah konsep hidup yang lebih manusiawi, tapi mengapa kita malah tertarik dengan konsep robotiawi?
Segala gadget diciptakan untuk dibeli, dan kita mengira dengan gadget yang kita beli ini kita bisa menguasai dunia, haha jangan salah, mungkin gadget-lah yang akan menguasai kita, menguasai hidup kita, jalan pikiran kita, bahkan iman kita!
Tidak bisa hidup tanpa handphone, tak bisa hidup tanpa internet, tidak bisa hidup tanpa televisi, tidak bisa hidup tanpa kulkas dan mesin cuci... 
Jika Rasul masih hidup, aku ingin bertanya satu hal: Ya Rasul, apakah kami ini masih engkau anggap sebagai umatmu?
*
Lalu kuliah, mungkin kejenuhan aku rasakan ketika aku menaiki tangga ke-7. Jika orangtuaku tahu kalau anaknya sudah bosan kuliah, mereka pasti akan kecewa... tapi tenang, aku akan menahan rasa "bosan" ini hingga aku lulus nanti. Aku tidak bosan belajar, aku hanya bosan menjadi robot yang dituntut untuk menghafal ini dan itu. Aku diciptakan ke dunia ini bukan sebagai mesin penghafal teori. Aku ingin menjadi manusia pembelajar yang dengan hati memahami, bukan menghafalkan halaman demi halaman sebuah materi.
dan apa pula tempat ini? tempat yang menuntut semua orang terlihat cantik dan tampan? cerdas dan berprestasi? adakah tempat untuk orang-orang biasa seperti aku ini?
Bahkan aku benci dengan piagam penghargaan yang menempel manis di tembok kamar. aku telah menjadi manusia robot yang mengagungkan pengharagaan! aku benci.
Satu lagi, tulisan ini bukan penggalauan, karena galau bukan tujuan.

note Ana Monica Rufisa (my sist) ^.^

Read More......

~✿ Apapun Kata Orang, Inilah Jalanku ✿~


~ Apapun Kata Orang, Inilah Jalanku ~

Mereka bilang kerudungku seperti nenek-nenek
padahal rambut sasak mereka seperti daun kering melambai.
Mereka bilang jilbabku ketinggalan zaman
padahal tank-top mereka seperti koteka zaman batu.

Mereka bilang ucapanku seperti orang yang ceramah
padahal rumpian mereka tak lebih indah dari dengungan segerombol lebah.
Mereka bilang cara berfikirku ”ketuaan”
padahal umur kepala dua mereka tidak menjadikannya lebih dewasa dari seorang anak kecil berumur 5 tahun.

Mereka bilang tingkah polahku tidak enerjik,
padahal laku mereka lebih menyerupai banteng seruduk sana-seruduk sini.
Mereka bilang dandananku pucat,
padahal penampilan mereka lebih mirip dengan ondel-ondel
Mereka bilang aku nggak gaul,
padahal untuk mengenal konspirasi saja mereka geleng-geleng.

Mereka bilang:
aku sok suci
aku tidak menikmati hidup
aku nggak ngalir
aku fanatik sok lebay
dan sok bau surga.

Ku jawab:
Ya, aku berusaha untuk terus mensucikan diri.
Karena najis tidak pernah mendapatkan tempat dimanapun berada,
meskipun letaknya di atas tahta emas.

Ya, aku tidak menikmati hidup ini. Karena hidup yang kudambakan bukan hidup yang seperti ini yang lebih buruk dari hidupnya binatang ternak

Ya, aku nggak ngalir. Aku adalah ikan yang akan terus bergerak, tidak terseret air yang mengalir sederas apapun alirannya. Karena aku tidak ingin jatuh ke dalam pembuangan.

Ya, aku fanatik. Karena fanatik dalam kebenaran yang sesuai fitrah adalah menyenangkan dibanding fanatik dalam kesalahan yang fatrah (kufur)

Ya, aku memang sok lebay. Karena aku adalah manusia yang lemah yang terserang makhluk kecil macam virus saja tubuhku sudah ambruk, manusia yang bodoh yang tidak mengetahui nasib hidupku satu detik setelah ini, manusia yang serba kurang dan punya batas waktu yang ketika waktu itu habis aku tidak bisa mengulurnya ataupun mempercepatnya

Ya, aku ingin mencium bau surga yang dijanjikan Tuhanku yang baunya dapat tercium dari jarak ratusan tahun cahaya. Betapa meruginya orang yang tidak bisa mencium bau surga, karena itu menandakan betapa jauhnya posisinya dari surga...

Kullu maa huwa aatin qoribun
Segala sesuatu yang pasti datang itu dekat...

Manusia dibekali Islam dan Muhammad sebagai pembawa huda dan haq
Juga, manusia juga dibekali akal oleh Tuhannya
Namun, manusia diberi kebebasan memilih untuk hidupnya
Dan,
there is only one choice

Untuk itulah aku memilih jalanku
Memilih jalan hidupku
Hidup yang aku dambakan
Mendamba apa yang telah dijanjikanNya
Janji yang tak akan pernah diingkari

Whatever... what they said

“Jika kamu menuruti kebanyakan manusia yang ada di muka bumi ini, niscaya mereka akan menyesatkanmu dari jalan Allah. Mereka tidak lain hanyalah mengikuti persangkaan belaka, dan mereka tidak lain hanyalah berdusta (terhadap Allah)” (Qs. Al-An’am 116).

"Allah tidak akan mengingkari janji-janjiNya, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui" (Qs. Ar-Rum 6).

:))

Read More......

Minggu, 12 Agustus 2012

“Ibuku, bukan sembarang Ibu”

Jakarta, 18 juni 2012
Layaknya seperti ibu-ibu lainnya. Ibuku juga wanita biasa yang doyan didapur. Beliau adalah wanita karir, sebagai guru. Tapi, ibuku bukan sembarang ibu. Ibu adalah manusia yang hatinya diciptakan Allah dari mutiara teridah di dunia ini. Seperti itulah aku menggambarkan bagaimana kebaikan dan kelembutan ibuku, Sutra termahal yang pernah ada yang tidak siapapun mampu membelinya. Dan kesabarannya melebihi luas langit yang tidak pernah terukur. Ah, itupun terlalu biasa untuk menggambarkan Ibuku. Entahlah, tapi yang pasti. Ibu selalu membuatku menangis jika aku tidak mendapatkan ibu ketika aku mencarinya. Dan aku hanya bisa diam jika sudah bertemu dengannya.
Hemmm…
Kami, anak-anak ibu (aku dan adik laki-laki ku) sangat bangga memiliki ibu yang juga mampu berperan ganda sebagai ayah, kami sangat menyayanginya. Bagitupun sebaliknya, ibu sangat menyayangi kami. Aku tahu itu, kenapa ibu tidak pernah melewatkan puasa senin-kamisnya. Demi siapa kalau tidak demi kami. Setiap pagi ibu tunaikan dhuhanya, untuk siapa kalau juga bukan untuk kami. Dan setiap malam ibu tundukkan wajahnya, kau tau kenapa? Untuk mendoakan kebaikan dunia akhirat kami. Tapi kami tidak akan pernah bisa mengerti tentang semuanya, karena kedalaman hati ibu yang tidak pernah kami bisa mengukurnya.
Menjadi ibu dari dua orang anak tanpa ayah bukanlah hal mudah. Apalagi ketika itu aku dan adikku masih belum dewasa dan masih suka saling bertengkar , dan harga kebutuhan hidup keluarga yang semakin naik. ibu tidak pernah mengeluh tentang itu kepada kami.
Ibu menerimanya dengan tulus dan Ikhlas. Ibuku hebat karena Ibu selalu memiliki inisiatif sendiri bagaimana mensiasati kebutuhan. Kalau ibu mampu membeli daging maka hari itu ibu akan memasak ayam. Kalau ibu mampu membeli ayam maka hari itu ibu akan memasak telur. Kalau ibu mampu membeli telur maka hari itu ibu akan memasak tahu tempe. Dan kalaupun ibu tidak mampu membeli apa-apa, ibu akan memasak dadar tepung yang diberi bawang plus garam yang biasa kami sebut “empleng”. Yang sekarang merupakan makanan favorit saat ini untuk mengenang masa itu. Sehingga bisa dihitung dalam sebulan berapa kali kami bisa makan daging ataupun ayam.
Meski begitu, ibu tidak akan membiarkan kami kelaparan. Ibu Selalu mendahulukan kami anak-anaknya, baru kemudian ibu makan. Ibu tidak pernah mau makan sebelum kami makan. Ibu rela makan sisa-sisa makanan terakhir yang kadang sudah tidak ada lauknya. Sekalipun, siangnya ibu sedang puasa kamis dan belum berbuka dengan makanan sedikitpun, ibu hanya menenggak segelas air untuk membatalkan puasanya.  Ah, ibu tidak bisakah kau egois sedikit untuk memikirkan dirimu. Aku tidak tega membiarkannya tersiksa kelaparan seperti hari itu.
Namun, Ibu tidak juga kapok, malah kebiasaan itu dilakukan hingga sekarang. Entahlah kenapa ibu begitu?
Ibu pernah bercerita bahwa sejak ibu resmi menjadi pendamping ayah, ibu selalu bertekad menjadi seorang istri yang benar-benar istri. Kalo kata orang jawa, istri harus bisa menjadi sandangan*(1); istri yang mampu menjaga kehormatannya, kehormatan suami dan keluarga, istri harus bisa menjadi daringan*(2) keluarga; istri yang mampu menjaga harta suami, dan Istri harus bisa menjadi tempat pulang suami. Sehingga ibupun siap tunduk, patuh, dan taat kepada ayah.
Kedalaman spiritual dan keteguhan hati ibu dalam berumah tangga itulah yang membuat ayah tidak malu untuk belajar tentang agama dan mengaji kepada ibu. Hingga bukan ayah saja, ibu memiliki hingga lebih dari seratus murid yang belajar ngaji setiap harinya. Tetapi sekarang ayah justru bertingkah sebaliknya, pergi, dan meninggalkan kami entah kemana, meninggalkan semua tanggung jawabnya.
Kini aku baru menyadari kenapa ibu melakukan itu. Ibu adalah orang yang wajib dihormati tiga kali sebelum ayah. Yang derajatnya lebih tinggi tiga kali daripada ayah. Namun, ibu tetaplah seorang istri yang mempunyai kewajiban patuh, taat, hormat dan menjunjung tinggi derajat suami. Sampai sekarang pun Alhamdulillah kami masih dapat hidup sejahtera dan bahagia tanpa ayah. Biarlah sakit yang kami (khususnya ibu) rasakan dapat menjadi salah satu bekal kami untuk menuju surga.
Banyak hal itulah yang membuat aku sangat ingin menjadi seperti dirinya. Tapi ibu bilang, aku harus menjadi yang jauh lebih baik darinya.
Ibu juga sering bilang kalau, “Cara membalas orang yang berbuat buruk kepada kita adalah dengan berbuat baik kepadanya.”
Dan begitulah cara ibu mengajari kami bagaimana menjadi seorang ibu yang bukan sembarang Ibu.

 

Read More......